Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2021

Friend’s Trap – Bagian 7

“Kirana!” Suci melihat Kirana sudah bersimpah darah dan terkulai lemas. Akibat tindakan Suci yang gegabah dan bodoh. “Tolong, temen saya! Dia di sini, berlumur darah dan banyak luka.” Laras berteriak kepada segerombolan warga yang hadir malam itu, dan mendesak mereka untuk tanggung jawab. Padahal ada andil tangannya malam petaka itu bisa terjadi. Jadi seharunya tidak mendesak pihak pembantu dan justru sebaliknya. Laras harus bergabung dengan Suci, membayar semua dosa-dosanya. “Ras, ternyata, Lo nolongin gue. Makasih banyak, ya,” ucap Kirana dengan keadaan tidak berdaya. “Ra, ini semua ide Ki Langgeng, beliau yang menjelaskan semua rencananya. Setelah siang hari itu memergoki gue dan Suci tengah mengolok, Lo. Gue minta maaf atas itu.” “Its, oke, Ras.” “Ki Langgeng sedari awal bukan orang jahat, Ra. Hanya seorang laki-laki yang perlu menafkahi keluarganya, dan terdesak harus melalukan pekerjaan kotor ini, dan selalu berniat ingin mengakhiri. Ternyata niat itu terealisasi pada kasusmu, ka...

Friend’s Trap – Bagian 6

  Kirana terduduk di belakang pintu kamarnya. Memeluk lutut dan membenamkan kepalanya di antara kedua tangannya. Air matanya sudah mengering, menyisakan rasa panas dari kedua bola matanya yang memerah. Hari sudah menggelap, tidak sadar Kirana sudah berpindah posisi, meringkuk di atas lantai. Tertidur akibat menangis seharian. Detik-detik eksekusinya hampir tiba. Tidak ada yang bisa dilakukan oleh Kirana. Pindah ke ranjang, lalu tidur. Berharap dirinya akan lupa dengan masalah itu, dan berharap ada keajaiban. Tidak ada lagi mimpi indah mendapatkan wajah cantik awet muda. Yang ada hanya mimpi buruk, bahwa besok, bisa jadi yang kembali hanya tinggal nama. Terdengar kunci diputar dari luar. Kemudia pintu terbuka, memperlihatkan dua perempuan bengis telah siap dengan tali rotan, penutup mata, dan plester di genggaman tangan mereka. Suci mendekat, duduk di samping tubuh Kirana yang dalam posisi berjaga-jaga. Didorongnya tubuh itu dengan keras, agar berbalik membelakangi Suci. Menarik ked...

Friend’s Trap – Bagian 5

Kirana memutuskan menjernihkan pikirannya di bangku depan rumah. Kakinya tak pernah sampai ke dapur, dan berakhir di sini. Di depan pekarangan rumah, ditemani kunang-kunang, dan sepinya malam. Malam itu mencekam, waktu seolah diberhentikan dari porosnya. Tidak ada yang bergerak. Bahkan tidak ada yang sudi berlalu-lalang padahal ini masih pukul tujuh malam. “Ra, lagi apa di sini sendirian? Masuk, yuk. Angin malam nggak bagus untuk kesehatan.” Laras muncul dibelakang Kirana, berdiri diambang pintu rumah dengan kepalanya yang sedikit melongok keluar, melihat Kirana yang sedikit jauh dari jangkauan. “Mau, ikut? Gue masih betah di luar.” Terlihat sinar mata yang tengah menimang-nimang. “Yaudah, gue temenin sini.” Laras memutuskan bergabung dengan Kirana malam itu. Mengalihkan waktu yang terus berputar dan siap menyingkap rahasia besar. “Boleh saya berbicara?” Seorang laki-laki paruh baya datang mengendap-endap dari pintu belakang. Menuju dalam rumah menghampiri Suci dan Laras yang tengah be...

Friend’s Trap – Bagian 4

Satu setengah jam berlalu, pesawat yang Kirana tumpangi mendarat dengan selamat. Ekspresi Kirana tidak menunjukkan kegembiraan layaknya orang pergi berlibur. Tatapannya hanya dipenuhi kekosongan yang menjemukkan, terlintas seperti teriak, aku ingin pulang. Tapi raganya tidak kuasa untuk berbalik arah. Terlihat Laras tengah sibuk menurunkan tasnya dari bagasi pesawat, terlihat kuwalahan karena tinggi badannya yang tidak bisa sempurna menjangkau tas-tas tersebut. Seorang pramugara datang membantu, “Mba Laras, sini saya bantu. Biasanya juga saya bantu, ini kok diam saja,” celetuk petugas tersebut. Laras hanya membalas dengan senyuman singkat. Dibenak Kirana, biasanya? Seberapa sering Laras ke sini, dan Suci? Apa hubungan mereka berdua? “Terima kasih sudah bantu Laras, niatnya ingin bersembunyi saja daripada harus ditegur. Nanti penumpang yang lain cemburu.” Suci menggoda manja dengan senyum-senyum sok dekat. Atau jangan-jangan mereka benar-benar dekat? Urusan sekali dengan mereka. Mungkin...

Friend’s Trap – Bagian 3

Pukul enam pagi tangan Kirana sudah disibukkan dengan pisau dapur. Cekatan meraih bahan masakan. Walau yang dimasak hanya oatmeal , dan yang dipotong hanya buah-buahan. Namun, jam sarapan pagi tidak pernah dia lewatkan sama sekali. Beres menyiapkan sarapan Kirana beranjak mengambil barang-barang bawaannya di kamar atas. Langkahnya sedikit tergesa-gesa karena pagi ini dirinya bangun sedikit telat daripada biasanya. “Sial, gue tidur jam berapa, sih. Jam segini masih di rumah.” Semua barang bawaan sudah dijinjing ditangan mungilnya. Melesat ke depan rumah, tidak lupa menengok kanan, mengecek dapur dan mematikan elektronik yang tidak dipakai. Mengunci pintu dan pagar rumah, lalu berjalan menuju gerbang perumahan, menuju stasiun terdekat. “Untung aja, hari ini nggak penuh-penuh banget. Bisa agak cepet.” Baru masuk kereta belum ada sepuluh menit, ponselnya berdering. Terdengar suara dari ujung sana, “Ra, Lo, kemana, sih? Jam segini belum sampe kantor. Tumben banget,” tegur Meyta. “Lah ini, g...

Friend’s Trap – Bagian 2

  Kebetulan hari ini hari libur. Suci tidak salah bila ingin menginap, karena tidak ada jadwal kerja maupun lainnya. Kirana bertanya-tanya, kenapa bisa pas sekali dengan jadwal-jadwalnya. Sabtu kerja, pulang pukul empat sore, lalu menginap. Seperti sudah di atur sedemikian cantiknya. “Pagi, Suci. Itu, udah gue bikinin roti bakar cokelat keju. Suka kan?” tawar Kirana. Seraya tangannya sibuk membuat jus buah untuk dirinya sendiri. Terlihat Suci berjalan lambat dari arah depan. Tangannya sibuk mengusap mata, yang masih penuh dengan dengan kotoran mata. Kirana hanya tersenyum dari kejauhan. Lalu menyeletuk, “Aduh, cantik-cantik bangunya siang, nih. Belum cuci muka lagi.” tawanya renyah mengiasi candaan ringannya. “Pagi-pagi udah rapi aja, Ra?” “Enggak, sih. Ini biasa, aja. Gue belum mandi, haha. Tapi habis ini mau renang. Mau ikut?” “Renang? Pagi-pagi? Enggak macet?” “Tinggal ke samping rumah, doang. Tuh, ada kolam.” Tangannya menunjuk luar ruangan, menuju pintu kaca ya...

Friend’s Trap – Bagian 1

Jam dinding menunjukkan pukul satu lebih dua puluh menit, siang hari. Tik-tok, tik-tok , jarum jam berdenting nyaring membosankan. Lajunya terasa lambat dan menyesakkan. Perut sudah terisi, tubuh sudah diistirahatkan sejenak, tapi pikiran masih saja melayang ke mana-mana, siapa lagi kalau bukan Kirana.   Menit jam sudah bergeser ke angka satu dan enam, tapi Kirana masih saja sibuk dengan pikirannya. Belum mulai bekerja, dan hanya mematung menatap nanar kea rah layar komputer. Tak diperhatikannya barisan data-data itu. Ponsel yang bordering pun tak diliriknya sama sekali. Meja kerjanya ikut bergetar seraya ponsel yang bunyi, tapi tak ada respon dari sang empu. “Ra, ponselnya bunyi, tuh. Angkat dulu napa,” tegur Meyta. Badannya sedikit menyerong ke arah Kirana, guna memandang wajah mungil itu. Walau yang ditatap tidak mengubah posisi sesenti pun. “Ra,” panggilnya lagi. “Kirana!” sentakknya, membuat seantreo raungan ikut melongok kea rah Kirana. Berhenti seperkian detik demi...