Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2021

Emosi Perlu dirilis

Gambar
Bukan suatu hal yang mengherankan kala suatu ketika melihat seseorang tiba-tiba emosi meledak-ledak hinggak banting barang dan sebagainya. Lalu tidak jarang juga melihat teman atau orang di sekitar yang mula-mula ceria tiba-tiba murung sekali di beberapa waktu kemudian. Ini seputar orang lain, nih. Bagaimana dengan kita? Pasti merasakan hal yang sama pula, ya. Pagi-pagi masih bersemangat, penuh senyum, hangat. Sore hari bisa berubah mejadi sosok menyebalkan nan membetekan. Marah-marah ke sekitar, melempar emosi ke sembarang orang, menyalahkan orang lain, tuding sana-sini. Tau-tau marah, aja, padahal orang lain tidak salah apa-apa. Padahal kira-kira, nih, setelah marah-marah tak beralasan itu rasanya bagaimana? Menyesalkah? Merasa marah, sedih, senang, itu wajar dan normal. Justru bentuk kesyukuran tertinggi ketika seseorang masih diberi kesempatan merasakan emosi dan bisa mengekpresikannya, coba bayangkan, bagaimana dengan mereka-mereka yang Allah uji dengan keadaan psikologis ku...

Teringat Kembali

Gambar
Berkali-kali sudah kubuka lembaran lusuh itu Bayangan dan memori pun ikut berkelebat Rasa yang hilang kembali terangkat Oh, ini kah perihnya mengingat kenangan pilu?   Dahulu masih puti bersih Hanya ada bekas coretan dan sisa gesekan akibat penghapus Setelah empat tahun Buku itu penuh dengan luberan tinta Juga bekas air mata mengering   Sebuah kisah cinta klasik Cinta monyet muda-mudi remaja kala itu Puisi yang teroreh mungkin hanya sekedarnya Aku paham betul Dan tau   Tapi untuk melepas kenangan Rasanya tidak mudah Terus dan terus terbayang Hingga akhirnya tersadar Bahwa jalan kita sudah berbeda

Sudah Taukah Tentang Emosinal Intelegensi?

Gambar
Rasanya bukan rahasia umum lagi mengenai kecerdasan emosional ini. Namun, pasti ada beberapa pihak yang masih mengesampingkan kecerdasan emosional dibanding kecerdasan intelegensi. Biasanya yang digaung-gaungkan hanya tantang kecapakan seseorang mengupas teori dan menerapkan pengetahuannya dan tidak diimbangi dengan kemampuan emosi yang baik. Padahal kedua hal ini beriringan dan sama pentingnya, lho. Sebaiknya pun kecerdasan emosi ditanamkan kepada anak sejak usia dini. Memperhatikan setiap gerak-gerik emosi dan mencontohkan sikap yang baik untuk proses release emosi agar pandai mengolah emosi sehingga bisa dikatakan sebagai anak yang memiliki kecerdasan emosi. Kenapa demikian? Maka lebih lanjut akan dibahas di bawah ini, ya. Pengertian Emosional Integensi Sebelum masuk ke pernak-pernik lainnya, alangkah baiknya kita pahami terlebih dahulu tentang kecerdasan emosi. Kecerdasan emosi itu apa sih? Jadi, kecerdasan emosi adalah kemampuan seseorang dalam memahami, menggunakan dan meng...

Ilmu Adalah Cahaya

Gambar
Tak terasa berminggu-minggu sudah berjalan, dilewati dengan deru sesak kembang-kempis dada yang naik turun, sedang berusaha mengejar waktu agar tidak kalah dan menyisakan kekosongan absensi di tengah-tengah pacuan. Terkadang ide tak muncul, sulit untuk dikembangkan, lalu harus merelakan hutang satu hari demi memunculkan ide-ide kembali. Yang mana dalam sepekan sekali ada sedikit bantuan, yakni diberi tema untuk memunculkan ide. Lagaknya lumayan, ya. Kami yang tengah berjuang lolos diberi sedikit ide agar tak mati gaya. Walaupun nyatanya tema yang disuguhkan terkadang tidak tanggung-tanggung, yakni sungguh menguras otak dan menuntut emosi untuk turut andil. Tantangan pekan ini terkait dengan opini. Penulis di haruskan menulis opini sebuah cerpen. Pilihanku atas dua pilihan yang tersuguhkan jatuh kepada cerpen karya Achmad Ikhtiar dengan judul “Setelah Para Tetua Pergi.” Setelah sekian lama hanya berkutat dengan tulisan menye-menye, akhirnya pada tantangan pekan ini bertemu dengan ce...

Kubawa Tinggi-tinggi

Gambar
Kata orang memgejar sesuatu itu melelahkan Cinta yang notabenenya menyenangkan pun sesekali bisa memuakkan Lantas bagaimana dengan suatu impian Benarkan sama melelahkan? Atau justru membahagiakan?   Setiap hari ku pandangi wajah itu didepan cermin Berharap suatu saat akan seperti Austin Seindah itukah halusinasi yang main-main   Apakah kemungkinanku sangat kecil untuk bisa seperti dia? Nampaknya aku tengah amnesia Tapi tak apa, nyatanya aku bahagia Walaupuan itu hanya sebuah angan belaka   Tak salah bila ingin bermimpi Bermimpi bak candu sebuah aromaterapi Lantas siapa yang mau mengakhiri Lebih baik ku bawa saja mimpi ini tinggi-tinggi Agar tak ada lagi yang bisa kuratapi dibawah sini    

Diri Sendiri Juga Penting

Gambar
“Kal au  mal a s, ya, e nggak u s ah sama dia. Ngomong s aja berteman nya udahan. Kasi h an kal au  dimanfaatin. Berteman  itu bukan gitu caranya. Lilyana aku akuin bodoh memang, tapi dia e nggak salah . ” Febi berkata dengan sedikit meninggi nada bicaranya, mulai emosi dengan tingkah Kayana. Febi melanjutkan, “ L upa? Kemarin s udah kamu ajak untuk t ongkrong samp ai larut mal a m, dengan dalih sahabat sejati harusnya berangkat bareng pulang bareng. Kal au  aku su dah biasa, bukan karena setuju dengan omongan itu, nah Lilyana? Dia masih polos, Na, be rbeda dengan  kita yang s udah bias a  pulang mal a m.” “Terus, kenapa nadamu tambah nge-gas  gitu? En ggak suka sama caraku? Lagian asik juga, Lilyana lumayan berada, bisa dimintain untuk bayar ini itu.” “ Fix , aku kecewa sama kamu. Berteman  yang sehat bukan begini caranya. Terserah besok mau ke kafe atau enggak, aku e nggak peduli, aku ingin  istirahat . ” Febi me mutus sepihak  p...

Diri Sendiri Juga Penting

Gambar
Angin berdesir mengibaskan rambut panjang Lilyana yang tengah tergerai. Dirinya sedang duduk termenung di tepian kolam ikan d epan  rumahnya. T idak  ada siapa   pun di sana, hanya dirinya. Terdengar nyaring cuit-cuit burung yang sesekali melintas di atas kepalanya. Dret-dret. Telepon genggam Lilyana bergetar pelan menandakan ada pesan masuk. Tangan nya  bergegas membuka dan membaca pesan tersebut. Lil, kamu bisa ke sini sekarang e nggak? Aku lagi di kafe dekat rumahmu nih. Ke sini ,  ya, aku tunggu. Love, Kayana. Sorotan mata Lilyana terlihat kosong. Seolah dia tidak mengetahui tentang dirinya sendiri. Rasanya  seperti diperbudak secara perlahan dengan dalih sahabat sejati. Lilyana  terlalu penurut dengan Kayana. Buktinya sekarang, Lilyana sedang take a break, setelah kemarin seharian di perintah-perintah  oleh Kayana, sekarang apalagi. “Lil, kamu mau ke mana, Nak?” Sebelum pergi Lilyana menyempatkan diri   masuk ke dalam rumah untuk...

Aku Pulang Bagian 2

Gambar
  “Agam, Mbak ini kenapa? En ggak  kamu apa-apain ,  kan?” tanya seorang petugas lain yang menyeru dari arah belakang tubuh lelaki bertubuh jangkung di depan Kirana. “Lagi ada masalah pribadi yang cukup rumit. Aku takut kalau perempuan ini nekat terus bunuh diri di rel seperti kasus yang sudah-sudah.” Lelaki bernama Agam itu melontarkan tatapan iba ke arah Kirana, yang sedari tadi masih mematung dan bingung dengan situasi yang ada. Para penumpang lain tidak memedulikan Kirana. Hanya tadi di awal-awal kedatangannya lalu bersikap acuh. Beruntung, hari ini stasiun tidak terlalu ramai sehingga tidak mengganggu laju orang-orang yang lalu-lalang di peron akibat posisi Kirana yang terduduk tepat di tengah-tengah jalanan peron. “Mbak, ayo pindah ke tempat yang lebih sepi. Malu, dilihat banyak orang. Atau mau saya panggilkan taksi saja?” ajak Agam, membujuk Kirana yang sedari tadi hanya membatu tepat setelah kalimat terakhir yang terlontar dari bibir tipisnya. K...

Aku Pulang Bagian 1

Gambar
Kaki Kirana terseret kasar menghantam dataran lantai berplester. Napasnya menderu, tergopoh-gopoh melongok satu per satu gerbong kereta yang siap melaju. Matanya menyapu setiap kursi penumpang dengan teliti melalui jendela-jendela kaca besar di luaran kereta pinggiran peron. “Dam, kamu di mana? Harusnya kamu sudah di sini,” ucapnya lirih di sela-sela isak buliran air bening yang mulai meluncur perlahan membasahi pipi tirusnya. Tetesan air itu jatuh, menimpa punggung tangan Kirana yang tengah menggenggam telepon genggam di depan dadanya. Sepintas kepalanya tertunduk, meneliti air apakah itu yang sudi hinggap di atas tangan kurus keringnya. Asin terasa di ujung bibir Kirana. Tangannya buru-buru meraih ujung jilbabnya yang terjulur, segera menyeka air itu kasar. “Kenapa harus nangis? Dasar lemah!” bentak Kirana, merutuki dirinya sendiri. Terlihat seorang petugas keluar dari posnya, menuju peron untuk mengecek lintasan. Sesaat kemudian edblek  berwarna hijau...

Aku Di Sini

Gambar
Malam kelabu menemani mimpi Bersama rembulan aku setia menanti Kepada dikau yang jauh di sana  Tak harap cemas  Aku sudah lupa  Tentang manisnya kehadiran  Serta bahagianya temu  Tak apa lah  Sementara begini saja Terkadang berpisah menjadi indah Manakalah bersama hanya membawa luka  Dan air mata  Buat apa  Ini tentang aku Yang masih menunggu  Tidak memaksa kembali  Cukup tau saja Bahwa aku masih di sini

Melepas

Gambar
Gersang rindu melanda hati Kosong ini butuh isi  Menuntut hati untuk setia  Mempertahankan cinta  Tapi apa daya  Semua hanya menjadi remah-remah kebencian  Tak ada ujung  Menyisakan lubang dalam  Mendesak ke jantung  Melepaskan sama sulitnya dengan kehilangan  Yang berat justru bertahan  Bingung Bagaimana cara melepaskan Ikatan itu sudah terlalu kencang Hingga tak terasa  Akan bait-bait cintanya  Terganti dengan aura-aura penat kebencian

Ku Tunggu

Gambar
  Terbayang sendu kutatap mata legammu Harapku cemas menunggu kedatangan sang pujaan Mata ini pun sudah sembab Pikiranku kelimpungan berpikir kau tak akan pulang   Makan malam sudah terhidang di atas dipan-dipan kasih Rinduku ini bukan kepalang Ingin rasanya segera jengkap Kita berdua beradu dalam peraduan saling menghadap   Kuingin kau segera menetap Segeralah datang Lalu kita bergandengan sepanjang malam Torehan tinta merah muda sudah tertuang dari canting Siap mengisi hati kosong   Ah, Aku ini menunggu siapa Jodoh saja belum nampak batang hidungnya Aku tak ingin membangkang Pada Tuhanku   Cukuplah angin malam saja yang menemani Nanti ku jemput kau di seluasnya ilalang Bersama kaki jenjangmu aku siap melangkah   Tentu, Dengan menikah dulu ya, Sayang Kali ini curi-curi dulu bayang-bayangmu Dalam kegelapan   Mungkin nanti Sehari dua hari Atau tahun depan Kita berjumpa Dan menjadi len...

Kehilangan

Gambar
  Berat dirasa pundak ini Air mata mengalir deras Tubuh dingin Dibayang-bayangi kelamnya malam   Kau berdiri dipojok ruang Menanti-nanti kabar kebahagiaan Kau mencari tenang Ditengah ributnya kehidupan   Kau kuat Tubuhmu tak perlu sekokoh baja Tanganmu tak perlu kekar Asal hatimu sekuat luasnya bumi dan langit   Kuat tak berarti tanpa tangis Tapi mampu untuk bangkit Dan melepas luka Menerima dengan penerimaan terbaik Walau diuji dengan kehilangan Semarang, 19 September 2021

Pencarian Makna Hidup

Gambar
Dalam setiap perjalanan hidup manusia pasti banyak hal yang terjadi dalam proses menjalani kehidupan. Bukan hanya perasaan gembira karena suatu pencapaian melainkan juga keterpurukan akibat suatu hal yang menimpa secara mendadak sebagai bentuk ujian dari Allah SWT. Nyatanya setiap waktu kita dihadapkan dengan persoalan-persoalan yang cukup merumitkan bahkan memberatkan hingga terkadang membuat diri kita lepas kendali. Allah SWT. menguji hambanya sesuai dengan kesanggupannya. Ujian setiap orang berbeda-beda, ada yang ringan hanya sekedar dijambret dompetnya ketika di pasar hingga yang diuji dengan kematian salah seorang keluarga atau pasangan hidup. Ujian terberat memang suatu perpisahan, dimana seseorang sudah tak akan lagi berjumpa. Menjadi akhir dari kisah perjalanan hidup bersama dan mau tidak mau harus berjuang untuk bangkit dan melanjutkan hidup dengan tanpa sosok itu lagi. Kehilangan menjadi titik paling krusial dalam kehidupan. Tidak semua orang mampu bangkit dan berjuang ...

Jangan Menyesal

Gambar
  Datang tak diundang Tak payah menunggu persetujuan apalagi persiapan jamuan Tiba-tiba saja langsung di depan mata Tanpa permisi, tanpa kabar kedatangan   Kedatangannya sudah ditunggu-tunggu, sebenarnya Tapi tak pernah mengira Bahwa hari ini Adalah kedatangannya   Hendak berpamitan? Tidak bisa Mengucap maaf untuk yang tersakiti? Sudah terlambat Menambah catatan kebaikan? Sudah habis waktu Baru sadarkah?   Tiba-tiba dan mendadak Jatah napasmu sudah diberhentikan Diganti dengan kehidupan selanjutnya Siap menghadapi apa yang ada di depan   Setelah nyawamu ditarik dari kerongkongan Jangan sampai, ya Baru sadar kurangnya amal Ketika diri sudah di alam lain Jangan menyesal Bila selama ini hanya ke sia-sia yang yang diperbuat